Friday, June 05, 2015

Sekapur Sirih

Halo!

Blog ini dibuat khusus untuk meng-update seluruh program TAMAN BUDAYA karya Indieguerillas, commission artist untuk ART|JOG|8 tahun ini.

TAMAN BUDAYA adalah judul karya Indieguerillas di gelaran ART|JOG|8. Akan ada 8 karya interaktif (wahana) yang akan melibatkan partisipasi penuh dari audiens. Masing-masing karya ini bisa berdiri sendiri sebagai sebuah program, dan melibatkan banyak komunitas anak muda Yogyakarta. Untuk itulah Indieguerillas menggandeng ketjilbergerak, komunitas kreatif berbasis anak muda dan aktivisme sosial yang aktif di skena anak muda Yogyakarta, untuk merancang program-program di setiap wahana.

Program TAMAN BUDAYA:

1. GALERI NGINJEN (Ganjen)

2. FACE OFF FACE DINER

3. THE HOLY MARKET

4. GREEN BOX

5. GOYANG CUKUR

6. THE DAKON

7. NO BED REST FOR THE WICKED

8. MEDITATIVE SPACE

Seluruh program dari kedelapan wahana ini akan terus diperbaharui di blog ini setiap minggunya.

Info:
E - tamanbudaya.indieguerillas@gmail.com
M - 0899 333 9891


----------

Tema ART|JOG|8 adalah ‘Infinity in Flux: The Unending Loop that Bonds the Artist and the Audience’ dan akan diselenggarakan pada tanggal 6-28 Juni 2015 di Taman Budaya Yogyakarta.

Indieguerillas adalah duo artis yang digawangi oleh Miko Bawono dan Santi Ariestyowanti. Indiegurillas berasal dari kata 'indie' yang berarti 'independen' dan 'guerillas' yang berarti 'gerilyawan'. Indieguerillas juga dapat dimaknasi sebagai ‘gerilyawan yang bekerja secara mandiri’. Ikon populer dari buku komik, tato, street art, video game, dan banyak lainnya dielaborasi oleh Indieguerillas baik melalui lukisan, patung, mural, animasi, atau instalasi. Penguasaan berbagai medium serta kolaborasi teknik analog dan digital pun sangat terlihat dalam setiap karyanya. Ikon-ikon sejarah Jawa seperti tokoh perwayangan banyak dijadikan karakter yang mengkritisi absurdnya kehidupan modern dalam karya-karya mereka. Sadar telah menjadi ‘happy victims’ dari gaya hidup yang dipilih, mereka menjadikan budaya urban sebagai inspirasi dalam berkarya. ‘Menertawakan diri sendiri’ menjadi cara mereka mengritisi dan memarodikan budaya-budaya urban yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.



     

No comments:

Post a Comment