Thursday, June 11, 2015

SEBUAH PENGANTAR | We're Lonely

Sebab mengenal keduanya lewat karya-karya mereka, saat memilih untuk mengajak Kumara Dandi dan Ungki Prasetyo untuk berpameran bersama, telah ada kesadaran bahwa karya yang akan hadir akan tampak sangat kontras. Bisa jadi justru kesadaran itulah yang justru memantapkan pilihan untuk mengundang mereka. Bahkan dalam obrolan dengan mereka, ada permintaan untuk menegaskan perbedaan tersebut.

Maka, meski sama-sama berbicara tentang kesepian, eksekusi visual dan cara mereka menyikapi tema kesepian tampak sangat berbeda. Ungki hadir dengan karya yang menjadikan hitam sebagai warna dominan dan disertai dengan warna merah. Sebaliknya, pilihan-pilihan warna Dandi mengingatkan pada warna-warna cerah khas film-film animasi. Bukan hanya itu, wujud-wujud yang hadir di karya Ungki jelas tampak sangat kontras dengan karakter-karakter yang hadir di karya Dandi. Ada kesan gelap saat melihat karya-karya Ungki. Karya Dandi menghadirkan kesan yang berlawanan.

Apa yang coba mereka tampilkan untuk merespon tema kesepian juga tampak sangat berbeda. Dalam karya Ungki kita bisa melihat kata-kata alone, think, dan enjoy. Kata-kata yang tampaknya mewakili pandangan Ungki tentang kesepian. Baginya, waktu untuk sendiri dan sepi terkadang justru dibutuhkan oleh manusia. Di saat itu, manusia bisa memikirkan tentang kehidupan pribadinya masing-masing. Manusia dapat merefleksikan dirinya sendiri, lingkungannya, dan apa yang mereka butuhkan dan seharusnya lakukan. Mungkin karena itu Ungki kemudian memilih warna hitam dan merah dalam karyanya. Hitam bisa dilihat merepresentasikan kesendirian dan kesepian. Merah bisa dibaca sebagai energi yang didapatkan dari kesendirian dan kesepian itu.

Di sisi lain, karya Dandi bersinggungan dengan penggunaan teknologi. Kita bisa melihat bagaimana karakter-karakter dalam karyanya yang penuh warna itu tampak berwajah suram sambil menekuni gadget masing-masing. Bisa jadi Dandi hendak mengatakan bahwa memainkan gadget (khususnya telepon-pintar) adalah pilihan manusia untuk menghindari kesepian. Adanya kalimat “Boring but first let me take selfie”, misalnya, bisa dikaitkan dengan pilihan tersebut. Alih-alih memilih untuk menikmati kesepian dan kesendirian sebagai waktu untuk berpikir (seperti pandangan Ungki), Dandi seolah menghadirkan manusia yang hendak menghindari rasa sepi dan sendiri. Pada akhirnya, rasanya karya Ungki dan Dandi, selain kontras secara visual, menghadirkan sisi berlawanan dari bagaimana kita menyikapi kesepian.***


Sita Magfira
Lahir di Palu, belajar di Yogyakarta. Aktif di berbagai pameran seni rupa, baik sebagai penulis maupun kurator.

No comments:

Post a Comment