Tuesday, June 23, 2015

Goyang Cukur #5 : MAS BOY



Cukur rambutmu bersama Mas Boy
di Karya Taman Budaya di ART|JOG|8

25-28 Juni 2015
19.00 - 21.00

RSVP | Nuna 0856-4317-9313

Monday, June 22, 2015

Green Box #3 : PERMABLITZ


Pengen ngerasain kombucha mint gratis?
Atau pengen ngobrol aja tentang menanam ala permakultur? Bisa.
Ketemu yuk barengan
PERMABLITZ
di Karya Taman Budaya di ART|JOG|8

22-28 Juni 2015
10.00 - 22.00


Face off Face Diner #7 : DAPUR PAKUMIS



Dimasakin sama seniman? Mau banget!
DAPUR PAKUMIS
adalah dapur bersama teman-teman ketjilbergerak,
yang kali ini spesial masakin teman-teman semua foody tasty bites yang nyum nyum
di Karya Taman Budaya di ART|JOG|8

25-28 Juni 2015
16.30 - 19.30

RSVP | Ayu Putri 0896-7957-8442


Sunday, June 21, 2015

Face off Face Diner #6 : KEDAI KEBLASUK


Makan sehat dengan olahan pangan alternatif?
Bisa banget! Yuk, ramai-ramai pesan ke
KEDAI KEBLASUK
di Karya Taman Budaya di ART|JOG|8

22-24 Juni 2015
16.30 - 21.00

RSVP | Ayu Putri 0896-7957-8442


Saturday, June 20, 2015

Goyang Cukur #4 : GALAKSI BARBER BARBAR


Cukur rambutmu ala rebel nan bersahaja bersama seniman muda berbakat,
Galih Johar
dan GALAKSI BARBERBARBAR
di Karya Taman Budaya di ART|JOG|8

20-24 Juni 2015
17.00 - 21.00

RSVP | Nuna 0856-4317-9313

Galeri Nginjen #5 : RANGKA TULANG



GALERI NGINJEN
presents

RANGKA TULANG

in

Founding Mothers


Kurator:
Sita Magfira

Kritik Seni:
Aris Setyawan



Opening:
Saturday, June 24 at 4 pm

Special Performance:
'Procession of Ganjen'
(wardrobe supported by Lulu Lutfi Labibi)

Duration of exhibition:
24-28 June

Venue:
TAMAN BUDAYA INDIEGUERILLAS
Commission Artist for ART|JOG|8


***

Thursday, June 18, 2015

Galeri Nginjen #4: Azis Wicaksono - Gilang Nuari - Ragil Surya Mega - Wulang Sunu

GALERI NGINJEN
presents


AZIS WICAKSONO
GILANG NUARI
RAGIL SURYA MEGA
WULANG SUNU

in

Loneliness and Other Ilnesses



Kurator:
Sita Magfira

Kritik Seni:
Dewi Kharisma Michellia



Opening:
Tuesday, June 20 at 4 pm

Special Performance:
'Procession of Ganjen'
(wardrobe supported by Lulu Lutfi Labibi)

Duration of exhibition:
20-23 June

Venue:
TAMAN BUDAYA INDIEGUERILLAS
Commission Artist for ART|JOG|8


***

Wednesday, June 17, 2015

Face off Face Diner #5: WAHYU AUSTIN

Berbukalah dengan yang manis-manis, bersama
WAHYU AUSTIN Pastry
di Karya Taman Budaya di ART|JOG|8

19-21 Juni 2015
16.30 - 21.00

RSVP | Ayu Putri 0896-7957-8442


Tuesday, June 16, 2015

SEBUAH PENGANTAR | Malih Rupa



Dalam bahasa Jawa, kita mengenal ‘parikan’. Parikan serupa dengan pantun, tapi hanya terdiri dari dua larik. Seperti pantun, parikan kadang berisi petuah dan sindiran. Dalam masyarakat Jawa, parikan bergerak sebagai idiom yang masih terus digunakan dalam percakapan sehari-hari. Melihat isinya, tampaknya, parikan memang dimaksudkan untuk menjadi respon atas fenomena sosial yang terjadi pada suatu jaman. Meski menangkap fenomena sosial pada suatu jaman, isi parikan tampaknya dihendaki tidak lekang oleh zaman. Maksudnya, meski membaca parikan dari masa lampau, orang diharapkan masih bisa merelasikan (dan  belajar dari) nilai-nilai yang ada dalam parikan tersebut pada hari ini.

Dalam pameran kolaborasi antara Herda dan Yonaz, Vicha, dan Hasan ini, parikan jadi ide dasar untuk direspon secara visual. Adalah Herda yang mengerjakan parikan. Sedangkan Yonaz, Vicha, dan Hasan merespon parikan-parikan dari Herda secara visual. Cara Herda bermain-main dengan parikan bisa dikatakan piawai. Membaca parikan-parikan yang telah diplesetkannya, kita bisa melihat kenakalan dan kejeliannya sebagai seorang anak muda. Secara jeli –dan nakal—ia memplesetkan teks-teks parikan yang asli dengan teks yang bertaut dengan konteks hari ini. 
Hadirlah parikan baru sebagai satir atas gelagat-gelagat kebanyakan orang pada hari ini (misalnya, yang erat dengan perkembangan teknologi, yang erat dengan konsumerisme, yang erat dengan budaya populer). Contohnya tampak pada ‘Sepi ing pamrih, rame in...stagram’, ‘Manunggaling kawula lan Gucci’, ‘Jer basuki mawa selfie’, dan sebagainya. Pun Herda juga dengan cermat menangkap ikon-ikon yang khas dan dimengerti orang lain, baik secara dunia pun secara lokal, untuk kemudian dihadirkan dalam parikan-nya. Hal yang tampak dalam ‘Asu gedhe menang kerahe... amarga durung tau mungsuh Darthvader’ dan ‘Gusti Allah ora sare... Gusti Allah ora saba Liman.’

Melihat cara Herda bermain-main dengan parikan adalah keluar dari proses pemaknaan dan penggunaan teks parikan secara kaku. Parikan tidak lagi kita maknai sebagai bahasa ungkap yang hanya pas digunakan dalam percakapan bahasa Jawa atau dalam konteks pembicaraan yang lekat dengan ke-jawa-an. Poin ini, saya kira sejalan dengan bahasa  visual yang dipilih oleh Yonaz, Vicha, dan Hasan dalam karya mereka. Parikan-parikan Heirda, hadir sekaligus berganti rupa (malih rupa) dalam karya-karya mereka. Di Seri ‘Amanah Idola’ dari Yonaz, misalnya, idola-idola, macam Johny Depp, seolah menyampaikan parikan kepada kita. Atau lihat juga respon visual dari Vicha yang menggunakan teknik kolase dengan pilihan-pilihan visual yang lekat dengan nuansa budaya populer. Atau respon visual dari Hasan yang meski lebih sederhana (hanya didominasi oleh dua warna) dibandingkan karya dari Yonaz dan Vicha, tetaplah jauh dari simbol-simbol tradisi (khususnya Jawa). Malih Rupa bukan saja mewakili proses kreatif yang terjadi antara Herda, Yonaz, Vicha, dan Hasan. Bukan saja menunjukan bagaimana teks hadir sekaligus berganti rupa jadi karya visual. Ia juga mewakili titik dimana unsur tradisional yang acapkali (di)lekat(kan) dengan parikan berganti rupa jadi kekinian di tangan Herda, Yonaz, Vicha, dan Hasan.***

Sita Magfira

Monday, June 15, 2015

Galeri Nginjen #3: Heirda Pratama - Horestes Vicha - M. Hasan - Yonaz Kristy Sanjaya

GALERI NGINJEN
presents


HEIRDA PRATAMA
HORESTES VICHA
MUHAMMAD HASAN
YONAZ KRISTY SANJAYA

in

Sepi ing Pamrih, Rame in...stagram



Kurator:
Sita Magfira

Kritik Seni:
Dwi S. Wibowo




Opening:
Tuesday, June 16 at 4 pm

Special Performance:
'Procession of Ganjen'
(wardrobe supported by Lulu Lutfi Labibi)

Duration of exhibition:
16-19 June

Venue:
TAMAN BUDAYA INDIEGUERILLAS
Commission Artist for ART|JOG|8


***


The Holy Market #4: ENGLICIOUS

Pengen belajar Bahasa Inggris dengan asyik?
Atau konsultasi TOEFL/IELTS, atau apapun yang berhubungan dengan Bahasa Inggris,
langsung aja bertemu dengan teman-teman
ENGLICIOUS
di Karya Taman Budaya di ART|JOG|8

16-18 Juni 2015
10.00 - 22.00

Info | Daniel 0856-4307-6875


Face off Face Diner #4: XX LAB

Gadis-gadis XX LAB akan menyuguhkan sajian
SOYA GOURMET
di Karya Taman Budaya di ART|JOG|8

16-18 Juni 2015
20.00 - 22.00

RSVP | Ayu Putri 0896-7957-8442


Saturday, June 13, 2015

Green Box #2: Jejaring Pangan Lokal

Bayangkan jika tahu asal usul makananmu.
Bayangkan jika konsumen juga produsen, dan tetanggamu menanam sayur yang kita makan siang ini.

Pangan adalah kebutuhan primer setiap orang, di mana pun. Tapi kondisi saat ini, banyak orang yang abai terhadap asal usul menu yang tersaji di meja makan. Ketidakpedulian masyarakat terhadap proses sampainya bahan pangan ke meja makan telah mengakibatkan simpang siur distribusi pangan. Produsen pangan dan konsumen sama-sama dirugikan atas inefisiensi distribusi pangan.

Jejaring Pangan Lokal (local food network) diperlukan untuk memetakan sumber-sumber bahan pangan dan menghubungkannya langsung kepada konsumen. Transparansi adalah aspek yang dijunjung tinggi. Koperasi pangan (food co-op) "Panganmu, Panganku" sebagai lumbung pangan lokal adalah sistem yang akan diadopsi sebagai pelembagaan jejaring. Inti dari jejaring pangan lokal adalah pengelolaan (manajemen) sumber daya manusia sebagai sesama konsumen, dan/atau produsen pangan. Jejaring Pangan Lokal berusaha memberi solusi bagi petani dan pelaku produksi pangan dalam lingkup lokal tentang cara memasarkan produk pangan. Di saat bersamaan juga berusaha meyakinkan masyarakat tentang ketersediaan pangan di lingkup terdekatnya.

Kegiatan utama Jejaring Pangan Lokal ada tiga, yang pertama adalah Plesir Pangan. Kami mengajak masyarakat untuk mengunjungi simpul-simpul pangan untuk lebih mengenal asal usul dan proses produksi pangan. Yang kedua adalah Tenggok Pangan. Konsep arisan "food box" adalah cara yang menyenangkan untuk memperkenalkan pangan lokal kepada masyarakat. Yang terakhir adalah SEGI PAPAT, sebuah forum yang mempertemukan pelaku-pelaku di bidang pangan, akademisi, dan masyarakat luas. Tujuannya adalah untuk membangun pengetahuan bersama tentang solusi-solusi atas permasalahan pangan kekinian.

Jejaring Pangan Lokal berusaha mendorong terwujudnya kedaulatan pangan dengan memupuk kekerabatan. Lebih dekat, lebih sedap, lebih sehat.

Temui dan dukung aktivitas teman-teman
Jejaring Pangan Lokal

di Karya Taman Budaya di ART|JOG|8

14-21 Juni 2015
10.00 - 22.00

Info | Mimit 0897-1963-624

The Holy Market #3: JUICIDE

Nikmati jus segar berbahaya ala
di Karya Taman Budaya di ART|JOG|8

13-15 Juni 2015
10.00 - 22.00

RSVP | Isna Risma 0838-6987-0071

Friday, June 12, 2015

Face off Face Diner #3: SANJIWANI

Nikmati kelezatan menu khas Bali seperti ayam betutu, sate lilit tuna
dan sajian khas lainnya dari
SANJIWANI
di Karya Taman Budaya di ART|JOG|8

13-15 Juni 2015
18.00 - 22.00

RSVP | Ayu Putri 0896-7957-8442

Goyang Cukur #3: Galaksi BarberBarbar


Cukur rambutmu ala rebel nan bersahaja bersama seniman muda berbakat,
Galih Johar
dan GALAKSI BARBERBARBAR
di Karya Taman Budaya di ART|JOG|8

13-14 Juni 2015
20-24 Juni 2015
17.00 - 21.00

RSVP | Nuna 0856-4317-9313


Thursday, June 11, 2015

SEBUAH PENGANTAR | We're Lonely

Sebab mengenal keduanya lewat karya-karya mereka, saat memilih untuk mengajak Kumara Dandi dan Ungki Prasetyo untuk berpameran bersama, telah ada kesadaran bahwa karya yang akan hadir akan tampak sangat kontras. Bisa jadi justru kesadaran itulah yang justru memantapkan pilihan untuk mengundang mereka. Bahkan dalam obrolan dengan mereka, ada permintaan untuk menegaskan perbedaan tersebut.

Maka, meski sama-sama berbicara tentang kesepian, eksekusi visual dan cara mereka menyikapi tema kesepian tampak sangat berbeda. Ungki hadir dengan karya yang menjadikan hitam sebagai warna dominan dan disertai dengan warna merah. Sebaliknya, pilihan-pilihan warna Dandi mengingatkan pada warna-warna cerah khas film-film animasi. Bukan hanya itu, wujud-wujud yang hadir di karya Ungki jelas tampak sangat kontras dengan karakter-karakter yang hadir di karya Dandi. Ada kesan gelap saat melihat karya-karya Ungki. Karya Dandi menghadirkan kesan yang berlawanan.

Apa yang coba mereka tampilkan untuk merespon tema kesepian juga tampak sangat berbeda. Dalam karya Ungki kita bisa melihat kata-kata alone, think, dan enjoy. Kata-kata yang tampaknya mewakili pandangan Ungki tentang kesepian. Baginya, waktu untuk sendiri dan sepi terkadang justru dibutuhkan oleh manusia. Di saat itu, manusia bisa memikirkan tentang kehidupan pribadinya masing-masing. Manusia dapat merefleksikan dirinya sendiri, lingkungannya, dan apa yang mereka butuhkan dan seharusnya lakukan. Mungkin karena itu Ungki kemudian memilih warna hitam dan merah dalam karyanya. Hitam bisa dilihat merepresentasikan kesendirian dan kesepian. Merah bisa dibaca sebagai energi yang didapatkan dari kesendirian dan kesepian itu.

Di sisi lain, karya Dandi bersinggungan dengan penggunaan teknologi. Kita bisa melihat bagaimana karakter-karakter dalam karyanya yang penuh warna itu tampak berwajah suram sambil menekuni gadget masing-masing. Bisa jadi Dandi hendak mengatakan bahwa memainkan gadget (khususnya telepon-pintar) adalah pilihan manusia untuk menghindari kesepian. Adanya kalimat “Boring but first let me take selfie”, misalnya, bisa dikaitkan dengan pilihan tersebut. Alih-alih memilih untuk menikmati kesepian dan kesendirian sebagai waktu untuk berpikir (seperti pandangan Ungki), Dandi seolah menghadirkan manusia yang hendak menghindari rasa sepi dan sendiri. Pada akhirnya, rasanya karya Ungki dan Dandi, selain kontras secara visual, menghadirkan sisi berlawanan dari bagaimana kita menyikapi kesepian.***


Sita Magfira
Lahir di Palu, belajar di Yogyakarta. Aktif di berbagai pameran seni rupa, baik sebagai penulis maupun kurator.

Galeri Nginjen #2 : Kumara Dandi - Ungki Prasetyo


GALERI NGINJEN
presents


KUMARA DANDI
UNGKI PRASETYO

in

We're Lonely



Kurator:
Sita Magfira

Kritik Seni:
Arga Aditya




Opening:
Thursday, June 11 at 4 pm

Special Performance:
'Procession of Ganjen'
(wardrobe supported by Lulu Lutfi Labibi)

Duration of exhibition:
11-15 June

Venue:
TAMAN BUDAYA INDIEGUERILLAS
Commission Artist for ART|JOG|8


***